Rabu, 25 Mei 2011

BIOGRAFI MIRZA GHULAM AHMAD

Kerukunan umat Islam Indonesia kembali tercabik-cabik. Media Massa kembali membahas Aliran Ahmadiyah sebagai pemicu konflik umat Islam yang memunculkan bentrokan. Lalu siapakah Mirza Ghulam Ahmad sang pendiri Ahmadiyah? Mirza Ghulam Ahmad lahir di Qadian, Punjab, India, 13 Februari 1835 dan meninggal 26 Mei 1908 pada umur 73 tahun. Ghulam Ahmad berasal dari keluarga yang berkecukupan sebagai bayi kembar, namun kembarannya meninggal saat lahir. Ia pendiri gerakan keagamaan Ahmadiyah. Dia mengaku sebagai “kedatangan Yesus/Isa yang kedua kalinya”, Mesias yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai Mujaddid diabad ke 14 Islam. bagaimanapun, pengakuannya tidak begitu saja diterima oleh sebagian umat Muslim dan sebagian besar melihatnya sebagai nabi palsu. Nama yang asli hanyalah Ghulam Ahmad. "Mirza" melambangkan keturunan bangsawan dari Moghul. Ghulam Ahmad adalah keturunan Haji Barlas, raja kawasan Qesh, yang merupakan paman Amir Tughlak Temur. Tatkala Amir Temur menyerang Qesh, Haji Barlas sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khorasan dan Samarkand, dan mulai menetap disana. Tetapi pada abad ke 10 Hijriah atau abad ke 16 Masehi, seorang keturunan Haji Barlas bernama Mirza Hadi Beg beserta 200 orang pengikutnya hijrah dari Khorasan ke India karena beberapa hal, dan tinggal di kawasan sungai Bias dengan mendirikan sebuah perkampungan bernama Islampur, 9 km jauhnya dari sungai tersebut.

Namun asal usul Ghulam Ahmad sebenarnya masih simpang siur. Menurut pengakuannya ia bernama Ghulam Ahmad, ayahnya Atha Murthada. Bangsaku Mongol. Dalam pengakuannya yang lain ia mengatakan, keluarganya dari Mongol tapi berdasarkan firman Allah keluargaku berasal dari Persia. Dia juga pernah berkata: "Aku membaca beberapa tulisan ayah dan kakek-kakekku, kalau mereka berasal dari suku Mongol, tetapi Allah mewahyukan kepadaku, bahwa keluargaku dari bangsa Persia." Yang mengherankan, ia juga pernah mengaku sebagai keturunan Fathimah binti Muhammad.

Ghulam Ahmad mengaku belajar nahwu sharaf dan beberapa kitab berbahasa Arab, bahasa Persia dan ilmu pengobatan sejak kecil. Dia mengaku belajar Al- Qur'an dan kitab-kitab berbahasa Persia dengan ustadz Fadhl Ilahi. Sedangkan sharaf dan nahwu serta ilmu pengobatan dari ustadz Fadhl Ahmad. Dia dikabarkan selalu menghabiskan waktunya di mesjid dengan mempelajari Al Qur'an dan pelajaran agamanya, Islam. Hal itu tidak sesuai dengan kemauan ayahnya yang ingin agar dia menjadi seorang pengacara atau seorang pegawai negeri. Dalam mempelajari hal-hal keagamaan, dia selalu berinteraksi dengan banyak orang Islam, orang non Islam, dan dengan misionaris Kristen yang selalu diajaknya berdiskusi.

Tidak sedikit para ulama yang menentang dan berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad (MGA) agar ia bertaubat dan menghentikan dakwah yang dibawanya itu. Namun, usaha itu tidak juga membuat pemimpin Ahmadiyah ini surut dalam menyebarkan dakwahnya. Banyak dari penentang Ahmadiyah membuat cerita mengenai penyebab kematian Mirza Ghulam Ahmad, dikatakan oleh penentang MGA meninggal di kamar mandi akibat ratusan kali buang air besar karena sakit kolera. Memang benar MGA beberapa kali buang air besar karena sakit diare bukan kolera. Mirza Ghulam Ahmad wafat dengan tenang diatas peraduannya dan kepergiannya disaksikan oleh keluarga, Sahabat dan kerabatnya pada tanggal 26 Mei 1908, pukul 10:30 pagi.  Kontroversi menyangkut Ghulam Ahmad antara lain:

  • Dari keterangan Mahmud Ahmad, salah seorang anaknya di Koran Al-Fadhl (5 Februari 1929), sebagian guru yang mengajar Ghulam Ahmad adalah pecandu opium dan ganja.
  • Ghulam Ahmad pernah berkata: Sesungguhnya saat Rasulullah dilahirkan, beberapa hari kemudian ayahnya meninggal, Padahal ayah Nabi Muhammad meninggal dunia ketika beliau masih di dalam kandungan ibunya.
  • Kekeliruan lainnya dalam kitabnya, Ainul Ma'rifah, hal. 286, Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan, bahwa Rasulullah mempunyai sebelas anak dan semuanya meninggal. Padahal yang benar berjumlah enam orang.
  • Kejanggalan lain adalah ia tidak pernah masuk dalam peperangan, tidak belajar ilmu- ilmu keperwiraan. Padahal pada zaman itu, keberanian merupakan ciri khas orang- orang yang mulia sikap kesatria.
  • Ia juga banyak menderita karena penyakit dan kodisi fisik yang lemah. Ia menderita TBC, kepala yang sering pusing dan kencing yang berlebihan sehingga jarang berpuasa ketika bulan Ramadhan. Dia juga mengalami gangguan syaraf, ingatan buruk tidak tergambarkan. Dua matanya sangat lemah. Otaknya juga mengalami kelemahan.
  • Ketenaran dan Dakwahnya dimulai dengan seolah-olah membela Islam sehingga mendapat dukungan dari umat Islam. Saat itu pertentangan dan perdebatan idiologis antara Islam, Hindu dan Nasrani sangat besar. Ia sangat dihormati dikalangan umat Islam saat itu karena pidatonya banyak membela umat Islam. Ia banyak mendapat  bantuan fasilitas dan uang.
  • Ghulam Ahmad juga dianggap telah menipu umat Islam saat itu melalui usaha penerbitan buku. Ia berjanji akan mencetak buku sebanyakl lima puluh jilid isinya sanggahan terhadap keyakinan agama Hindu dan Nasrani. Orang-orang pun banyak yang mengirimkan uang kepadanya. Volume pertama buku berjudul Barahin Ahmadiyah. Buku ini sarat dengan propaganda dan penonjolan karakter penulisnya. Cerita tentang alam ghaib yang berhasil ia ketahui, juga berisi karomah dan kusyufatnya. Buku berikutnya pun bermunculan. Namun, ketika sampai kepada masyarakat buku tersebut isinya tidak sesuai dengan janjinya yaitu bantahan terhadap agama Hindu dan Nasrani, tetapi justru dipenuhi dengan cerita-cerita tentang karamah dan sanjungan terhadap kolonialis Iggris.
  • Pada tahun 1885 M, ia memproklamirkan diri sebagai mujaddid dengan mendapat bantuan dan dukungan penuh dari penjajah. Enam tahun berikutnya, tahun 1891 M, ia mengklaim diri sebagai Imam Mahdi. Pada tahun itu juga, ia mengaku sebagai Al-Masih. Dan klimaksnya pada tahun 1901M, ia mendeklarasikan statusnya sebagai nabi yang mandiri, dan lebih mulia dari seluruh pada nabi dan rasul.
  • Setelah ia mendapat kecaman, tentangan dan kutukan para ulama, dengan segera ia mencoba menepisnya dengan berkata: "Aku juga beraqidah Ahlus Sunnah. Aku berkeyakinan Muhammad adalah penutup para nabi. Barangsiapa mengaku sebagai nabi, maka ia kafir, pendusta. Karena aku beriman bahwa risalah itu bermula dari Adam dan berakhir dengan kedatangan Rasulullah Muhammad." (Pernyataan Ghulam Ahmad pada 12 Oktober 1891 yang terdapat dalam kitab Tabligh Risalah, 2 /2) 
Kematian Mirza Ghulam Ahmad TEWAS DI WC

Menyaksikan sepak terjangnya yang kian menjadi, maka para ulama saat itu berusaha
menasehati Mirza Ghulam Ahmad, agar ia bertaubat dan berhenti menyebarkan dakwahnya yang
sesat. Nasihat para ulama AHLUSSUNNAH ternyata tidak membuahkan hasil. Dia tetap bersikukuh tidak
memperdulikan. Akhirnya, para ulama sepakat mengeluarkan fatwa tentang kekufurannya. Di
antara para ulama yang sangat kuat menentang dakwah Mirza Ghulam Ahmad, adalah Syaikh
Tsanaullah.

Mirza Ghulam Ahmad sangat terusik dengan usaha para ulama yang mengingatkannya. Akhirnya
dia mengirimkan surat kepada Syaikh Tsanaullah. Dia meminta agar suratnya ini dimuat dan
disebarkan di majalah milik Syaikh Tsanaullah.

Di antara isi suratnya tersebut, Mirza Ghulam Ahmad tidak menerima gelar pendusta, dajjal yang
diarahkan kepadanya dari para ulama masa itu. Mirza Ghulam Ahmad menganggap dirinya, tetap
sebagai seorang nabi, dan ia menyatakan bahwa para ulama itulah yang pendusta dan
penghambat dakwahnya.

Sang nabi palsu ini menutup suratnya dengan do’a sebagai berikut:
“Wahai Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui rahasia-rahasia yang tersimpan di hati. Jika
aku seorang pendusta, pelaku kerusakan dalam pandangan-Mu, suka membuat kedustaan atas
nama-Mu pada waktu siang dan malam hari, maka binasakanlah aku saat Ustadz Tsanaullah
masih hidup, dan berilah kegembiraan kepada para pengikutnya dengan sebab kematianku.
“Wahai Allah! Dan jika saya benar, sedangkan Tsanaullah berada di atas kebathilan, pendusta
pada tuduhan yang diarahkan kepadaku, maka binasakanlah dia dengan penyakit ganas, seperti
tha’un, kolera atau penyakit lainnya, saat aku masih hidup. Amin.”

Begitulah bunyi do’a Mirza Ghulam Ahmad. Sebuah do’a mubahallah. Dan benarlah, do’a yang
ia tulis dalam suratnya tersebut dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla. Yakni 13 bulan lebih
sepuluh hari sejak do’anya itu, yaitu pada tanggal 26 bulan Mei 1908M, Mirza Ghulam Ahmad
ini dibinasakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan penyakit kolera, yang dia harapkan menimpa
Syaikh Tsanaullah. Di akhir hayatnya, saat meregang nyawa, dia sempat mengatakan kepada
mertuanya: “Aku terkena penyakit kolera.” Dan setelah itu, omongannya tidak jelas lagi sampai
akhirnya meninggal. Sementara itu, Syaikh Tsanaullah masih hidup sekitar empat puluh tahun
setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad.

Meski kematian telah menjemput Mirza Ghulam Ahmad, tetapi bukan berarti ajarannya juga ikut
mati. Ternyata kian tersebar di tengah masyarakat. Karenanya, sebagai seorang muslim,
hendaklah lebih berhati-hati, agar tidak terjerat dengan berbagai ajaran sesat.
Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai sebuah kebenaran, dan berilah
kami kekuatan untuk melakukannya. Ya, Allah. Perlihatkanlah kepada kami kebatilan sebagai
sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.

0 komentar:

Posting Komentar